"Tak Hanya Menjaga Apel, Kita Ikut Menyelamatkan Ikon Kota Batu"
Petik apel langsung dari kebun, adalah salah satu wisata kreatif yang sangat populer di Batu. Disebut kreatif, karena ada banyak yang dilibatkan. Mulai dari pengunjung yang harus datang ke kebun, petani diuntungkan, pokdarwis berkembang, masyarakat sekitar yang menjadi pemandu, hingga berkembangnya oleh-oleh khas olahan apel.
"Tapi ada yang tak bisa dipungkiri," kata seorang petani, "Kita ikut menyelamatkan ikon kota Batu. Apel,"
kami mengunjungi sebuah kebun Apel di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji yang dikelola untuk kegiatan wisata oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tulungrejo. Tampak Arohman Mustofa (Topa) dan sejumlah rekannya di Pokdarwis sibuk mendirikan tenda untuk loket pengunjung. Satu meja berisi timbangan digital, apel display dan dua keranjang penuh berisi empat jenis apel yang ditanam di kebun seluas 4000m2 milik Kuswantono ini. Di sebelah pintu masuk, didisplay aneka jenis olahan apel dan ragam souvenir.
"Granny Smith, Rome Beauty, Anna, Manalagi. Granny Smith hijaunya lebih pekat, ada bintik-bintik. Biasanya dicari untuk obat kolesterol, darah tinggi, stroke dan bahan baku cuka apel. Sama Rome Beauty. Bentuknya lonjong. Kalau Anna ada masamnya," ujar Alinda, petugas loket yang dengan sigap memilih di antara tumpukan.
Ia adalah mahasiswi Unisma, saat ini aktivitas perkuliahan libur, Linda ikut membantu di Pokdarwis. "Bapak tahun ini rugi, gagal panen karena hama, cuaca," kata Linda, sembari menunjukkan video hasil liputan media setempat dari gadgetnya.
Prolog seperti ini adalah beberapa hal yang lazim dikuasai para pelaku wisata di Kota Batu, pengetahuan akan seputar bidangnya. Modal ini juga diperlukan untuk mengedukasi wisatawan yang datang.
"Memetik Apel itu diputar, jangan ditarik. Kemungkinan kalau ditarik akan merusak dahan, regenerasi buah berikutnya bisa terganggu," ujar Bayu, wisatawan asal Sidoarjo yang datang bersama istri dan anaknya.
Mereka tampak asyik di antara pohon Apel Manalagi yang berbuah lebat. "Rata-rata usianya siap petik semua. Tinggal pilih yang nggak ada bintik busuknya," kata Bayu. Ia baru pertama kali berkunjung ke wisata petik Apel. Kunjungan weekday dipilih karena suasananya relatif sepi. "Saya tahu dari website. Tempatnya bagus, buahnya lebih segar daripada yang ada di pasar. Cuma mungkin penunjuk arah ke kebun dan disediakan area parkir yang lebih luas untuk mobil,"
Topa, yang juga ketua Pokdarwis Tulungrejo memaklumi. Karena memang kebun yang dikelola untuk wisata petik bisa berpindah. "Menyesuaikan kebun mana yang siap dipanen. Satu kebun 10 hari - 2 minggu produktif. Ada banyak kebun milik petani yang diajak kerjasama. Yang penting pengunjung tidak kecewa sama buahnya dan pelayanannya. Wisatawan kalau nyaman dan dilayani baik pasti tak akan segan untuk berbelanja," ujarnya.
Berpindahnya lokasi petik ini memberi berkah bagi masyarakat sekitar. Banyak warga yang berprofesi sebagai pengantar wisatawan ke kebun. Pemberdayaan ini diapresiasi oleh Pokdarwis. Topa mengaku jika sebidang tanah luas sudah disiapkan desa sebagai lahan parkir khusus kendaran besar.
Cuaca tak menentu, hama, kualitas fisik, dan turunnya harga memang menjadi pukulan bagi petani apel. Ketika masa panen, justru harga kian rendah. Ketika cuaca hujan seperti ini, diperkirakan dari hasil 4 ton keseluruhan, 1 tonnya busuk atau rontok (25%). Usaha keripik/oleh-oleh berbahan apel turut mengurangi kerugian, karena buah yang jatuh masih bisa bernilai ekonomis.
Untuk menyiasati hal ini, paket wisata petik apel adalah salah satu jalan terbaik. "Kita bisa meningkatkan pendapatan petani 25 - 30%. Tidak pilih-pilih petani, asalkan hasil buah bagus, jalannya siap ya kita ajak kerjasama," terang Topa. Tarif yang dikenakan bagi tiap wisatawan adalah Rp25.000,- untuk masuk (free makan apel sepuasnya). Di Desa Tulungrejo sendiri terdapat sekitar 476 hektar kebun Apel.
Pokdarwis ini memiliki Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, Kenangan) yang menjadi acuan pelayanan. Termasuk standart harga dan standart kebun."Tapi di luar itu kita masih kerepotan. Tak hanya menjaga apel, kita menjaga ikon kota Batu. Kapan hari saat pameran wisata di Batam saya dikasih masukan pengunjung, kok Apel di Batu sekarang kecil-kecil. Itu salah satu masalahnya,"
Topa menyebut jika permasalahan apel kecil ini karena ulah segelintir individu pelaku wisata. Ketika buah tidak masuk standart, dijadikan paket wisata. Hal ini hampir tak bisa dipungkiri. Industri pariwisata bisa dilakukan banyak pihak mulai dari pemerintah, kelompok dan individu. Dan lintas sektoral.
Meski demikian, dalam 3 tahun terakhir diakui Topa kegiatan wisata petik apel di Tulungrejo meningkat. Ketika akhir pekan, kebunnya bisa dikunjungi 5 - 8 bis/rombongan. Terlebih saat ini adalah musim libur panjang. Ia tahu persis perkembangan wisata di desanya. Pada 2009 ia ikut membentuk Desa Wisata Tulungrejo. Wisata Petik Apel, Selecta, dan Coban Talun adalah tiga hal yang berpotensi dikembangkan lebih.
"Setelah mundur dari Dewa Wisata, saya masuk Pokdarwis. Tujuannya mengajak masyarakat sadar akan industri wisata. Siapapun yang mau belajar ayo bareng-bareng. Mulai dari cara mencari, memandu, melayani. Kita berdayakan warga lokal sebanyak mungkin. Pencari tamu-pun akan kita kasih fee bagian. Jangan sampai di tengah industri wisata warga hanya jadi penonton,"
Di era seperti ini, permasalahan umum petani bukan pada menghasilkan, tapi bagaimana memasarkan hasilnya. Dan di sinilah peran Pokdarwis cukup penting. Termasuk menghidupkan ekonomi lokal. Hal pertama yang dilakukan adalah menyadarkan petani akan manfaat petik apel, kemudian edukasi pelaku dan wisatawan.
"Tetapi kadang SOP antar pelaku wisata di Batu berbeda. Inilah yang memunculkan hal seperti komplain yang kita terima sewaktu di Batam. Bagi kami yang paling penting adalah pelatihan SDM, kualitas terus diperbaiki," pungkas Topa.
Pokdarwis Tulungrejo pada 2015 lalu masuk 5 besar lomba Pokdarwis tingkat Jawa Timur, dengan wisata petik apel sebagai unggulannya. Juri menilai Pokdarwis Tulungrejo mengusung konsep ekonomi kerakyatan. Pokdarwis ini berkantor di Jl. Raya Puncak Jaya No. 33 Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Wisata Batu. Telp: 081252160262. (source : Halomalang)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rent-a-Motor Malang www.rentalmotormalang.net https://rent-a-motor.wixsite.com/mysite
JL. MT Haryono 73 Ruko Dinoyo Indah kavling 1 Malang 65145 (100 meter barat Mc Donald) • Mobile/SMS : 0856-0490-9049 • Email : kontak@rentalmotormalang.net • Twitter : @Rental_MotorMlg • Facebook : www.facebook.com/sewamotormurahmalang • Instagram : @rental.motor.malang • GPS Coordinate: -7° 56.777', 112° 36.736